Langit masih belum menampakan ronanya. Nampaknya matahari masih sungkan untuk menatap busuknya umat manusia. Namun angin malah hilir mudik bergemuruh menyisir ruang. Sementara seorang Pria tengah duduk di bangku di pinggir taman. Gerimis belum cukup kuat untuk membuatnya bergegas pindah. pergulatan di balik kepalanya lebih gelap dari cuaca sore itu.
Landung, meremas remas jemarinya. mencoba mencari jawaban di balik sepulu jari yan ia lihat. Nampaknya sia-sia. memandangi rumput hijau yang tidak pula memberi jawaban. membuat air mata menerobos pertahanan jiwanya. Ia menangis. di ujung senja, di kala gerimis.
Landung mencoba mengingat kembali di mana letak salah nya. Apa yang membuat nya harus menerima takdir seperti ini. Kilatan masa lalu muncuk satu-per satu. Kenanagn saat pertama kali ia memutuskan untuk menjalani ini semua. Teringat pula luka dan dusta di masa lalu.
Apakah ini ganjaran?
Sekalipun ia merasa dirinya pantas mendapatkan penderitaan ini, sekalipun ia pernah mendapatkan yang lebih pahit dari ini. Landung hanyalah manusia.
Beberapa saat dia menerima telepon dari seseoarang. Ia pura2 tak mendengar, atau urung jiwanya untuk sekedar membuka percakapan di tengah semwawutnya pikiran. Sesaat panggilan terhenti, ia meraih Handphone dari saku nya.
Tiba-tiba seorang anak kecil datang di hadapanya. Mukanya lugu. Ia membawakan payung untuk Landung.
"Siapa namamu?"
si anak tersebut tidak menjawab, ia hanya tersenyum lantas berlarian mengejar hujan. Landung mengejar anak tersebut dan membawanya ke sebuah gubuk di bantaran kali. Anak tersebut menghilang .
No comments:
Post a Comment