Monday, September 18, 2017

Jarum dan Benang

Jarum dan Benang part 1

“Mbak, kalau benang sama jarumnya di sebelah mana ya?”
Perempuan itu menoleh, “Maaf Mas,” senyumnya lebar terbentang diantara lesung pipi, “Tadi Mas nyari apa?”
“Benang sama jarum jahit.”
“Di sebelah sana mas,” Ujar si lesung pipi itu dengan mengulurkan tangan sebagai petunjuk arah, “Di barisan jarum, setelah kain fanel ya. Kalau jarum, di sebelahnya benang.”
Pria itu mengangguk, terdengar kata terimakasih yang tipis kabur. Namnya Usha.
---
Lima lebih lima, kurang lebih begitulah dua jarum jam berbicara. Detiknya, terus memaksa siapa pun yang menyadari keberadaannya, untuk tiada henti berlari. Semakin keras detik itu berdentang, semakin keras kaki untuk berlari.
“Tumben Loe belanja, Sha? Ada acara apa?” Tanpa permisi Jagar, tetangga indekos Usha yang kerap sekali mengusili hidupnya, menyerobot isi kantong plastic yang Usha bawa.
“Apaan sih, Gar. Sini belanjaan Gue.”
“Jeilaaaah, Loe beli benang ama jarum buat apaan? Celana loe bolong? Loe bisa jahit emang? Biasanya loe juga ke tailor depan ujung gang.”
“Banyak nanya, Loe.”
Usha pun masuk kamar dan mengunci pintu.
Seperti biasanya, dia selalu menyalakan laptop dan memulai lagu kesukaannya. Play list yang sudah ia seleksi seusia dengan kemauan telinganya.
Kemudian tiba-tiba seseorang muncuk diatas cermin yang sedang menghadap padanya, yang sedang bertengger di sudut meja kerjanya. Usha menelisik, mencoba memastikan.
Entah apa yang membuatnya tiba-tiba

Kemudian, jari manis itu mengeluarkan darah. Sebuah pisau mengiris tipis kulit ari Usha. Perlahan-lahan, pisau berjalan menyayat seluruh telapak tangannya. Merah darah merembas dari telapak, yang kini sudah tinggal daging tipis, dan putih tulang yang mengintip di sela-sela.
Sreekk, sreek, Suara sayatan itu mengudara tanpa aling-aling. Sayangnya kamar itu tertutup rapi. Tak ada rintihan apalagi teriakan. Iya terus tersenyum melihat kelima jarinya dikuliti dengan pisau dapur, yang kemarin sore ia gunakan untuk mencincang bawang.
Kemudian, pada kuku-kukunya, ia Tarik dengan tang. Kleek, darah menetes merembes ke lantai. Ke-sepuluh jari kukunya berhasil dicabutnya.
“Anjing, pergi Loe dari sini..!!”  Ia melempar pisau itu, tiba-tiba kea rah pintu. Seprtinya Usha, melihat seseorang. Tapi siapa?
“Kalau Loe emang ngga suka dengan keberadaan Gue. Kenapa Loe selalu ngikutin Gue. Bangke Loe.”
Usha pun menoleh, bayangan seseorang itu pun muncul lagi. Ia berusaha mencekik leherya sekuat tenaga, Namun dalam tiga detik berikutnya yang ia dapati hanya bantal.
Daar..!! daar!! Daarrr!!
“Sha, bukain pintu Sha. Ini Gue jagar. Loe kenapa di dalem. Bukain pintu woy. Istighfar Sha, Nyebut..!!” Dari luar pintu Jagar menggedor-gedor pintu kamar Usha.
Sepuluh menit berselang, Jagar, dan teman-teman kos lainnya sudah diujung kekhawatariannya. Kemudian, mereka memutuskan untuk mendobrak pintu itu.
Jedaarr!!!
“Sekali lagi, Satu…!! Duaaaa…!! Tigaaa… “
Jedarrr..!!
Masih belum berhasil.
“Sekali lagi, Dua..!! Tiga..!!”
Jebraaak
Pintu terbuka, Jagar dan ketiga rekanannya tersungkur bersamaan, terjatuh menindih pintu yang lepas dari engselnya. Dan saat mata mereka menyelundup di setiap sudut kamarnya, Usha tidak ditemukan. Yang ada hanya cucuran darah yang menetes membajiri seluruh kamar.

Coba tebak, di mana kah Usha?
a.    a.  Di bawah kasur,
b.   b.  Di bawah pintu (kejatuhan pintu)
c.   c.   Di bawah kolong
d.  d.   Sebenarnya Usha memang tidak ada di kamar

Kirimkan jawaban kalian dengan format, HAI BRO AKU JAWAB (jawabannya)  ke nomor saya, boleh via WA/SMS. Hadiah akan diundi diakhir pekan J
2 orang yang benar dan beruntung akan mendapat pulsa 5ribu (INI SERIUS)

Temukan jawabannya di part 2 J