Jarum dan Benang part 1
“Mbak, kalau benang sama jarumnya di sebelah mana ya?”
Perempuan itu menoleh, “Maaf Mas,” senyumnya lebar terbentang
diantara lesung pipi, “Tadi Mas nyari apa?”
“Benang sama jarum jahit.”
“Di sebelah sana mas,” Ujar si lesung pipi itu dengan
mengulurkan tangan sebagai petunjuk arah, “Di barisan jarum, setelah kain fanel
ya. Kalau jarum, di sebelahnya benang.”
Pria itu mengangguk, terdengar kata terimakasih yang tipis
kabur. Namnya Usha.
---
Lima lebih lima, kurang lebih begitulah dua jarum jam
berbicara. Detiknya, terus memaksa siapa pun yang menyadari keberadaannya,
untuk tiada henti berlari. Semakin keras detik itu berdentang, semakin keras
kaki untuk berlari.
“Tumben Loe belanja, Sha? Ada acara apa?” Tanpa permisi
Jagar, tetangga indekos Usha yang kerap sekali mengusili hidupnya, menyerobot
isi kantong plastic yang Usha bawa.
“Apaan sih, Gar. Sini belanjaan Gue.”
“Jeilaaaah, Loe beli benang ama jarum buat apaan? Celana loe
bolong? Loe bisa jahit emang? Biasanya loe juga ke tailor depan ujung gang.”
“Banyak nanya, Loe.”
Usha pun masuk kamar dan mengunci pintu.
Seperti biasanya, dia selalu menyalakan laptop dan memulai
lagu kesukaannya. Play list yang sudah ia seleksi seusia dengan kemauan
telinganya.
Kemudian tiba-tiba seseorang muncuk diatas cermin yang
sedang menghadap padanya, yang sedang bertengger di sudut meja kerjanya. Usha
menelisik, mencoba memastikan.
Entah apa yang membuatnya tiba-tiba
Kemudian, jari manis itu mengeluarkan darah. Sebuah pisau
mengiris tipis kulit ari Usha. Perlahan-lahan, pisau berjalan menyayat seluruh
telapak tangannya. Merah darah merembas dari telapak, yang kini sudah tinggal
daging tipis, dan putih tulang yang mengintip di sela-sela.
Sreekk, sreek, Suara
sayatan itu mengudara tanpa aling-aling. Sayangnya kamar itu tertutup rapi. Tak
ada rintihan apalagi teriakan. Iya terus tersenyum melihat kelima jarinya
dikuliti dengan pisau dapur, yang kemarin sore ia gunakan untuk mencincang
bawang.
Kemudian, pada kuku-kukunya, ia Tarik dengan tang. Kleek, darah menetes merembes ke lantai.
Ke-sepuluh jari kukunya berhasil dicabutnya.
“Anjing, pergi Loe dari sini..!!” Ia melempar pisau itu, tiba-tiba kea rah pintu.
Seprtinya Usha, melihat seseorang. Tapi siapa?
“Kalau Loe emang ngga suka dengan keberadaan Gue. Kenapa Loe
selalu ngikutin Gue. Bangke Loe.”
Usha pun menoleh, bayangan seseorang itu pun muncul lagi. Ia
berusaha mencekik leherya sekuat tenaga, Namun dalam tiga detik berikutnya yang
ia dapati hanya bantal.
Daar..!! daar!!
Daarrr!!
“Sha, bukain pintu Sha. Ini Gue jagar. Loe kenapa di dalem.
Bukain pintu woy. Istighfar Sha, Nyebut..!!” Dari luar pintu Jagar
menggedor-gedor pintu kamar Usha.
Sepuluh menit berselang, Jagar, dan teman-teman kos lainnya
sudah diujung kekhawatariannya. Kemudian, mereka memutuskan untuk mendobrak
pintu itu.
Jedaarr!!!
“Sekali lagi, Satu…!! Duaaaa…!! Tigaaa… “
Jedarrr..!!
Masih belum berhasil.
“Sekali lagi, Dua..!! Tiga..!!”
Jebraaak
Pintu terbuka, Jagar dan ketiga rekanannya tersungkur
bersamaan, terjatuh menindih pintu yang lepas dari engselnya. Dan saat mata
mereka menyelundup di setiap sudut kamarnya, Usha tidak ditemukan. Yang ada
hanya cucuran darah yang menetes membajiri seluruh kamar.
Coba tebak, di mana kah Usha?
a. a. Di bawah kasur,
b. b. Di bawah pintu (kejatuhan pintu)
c. c. Di bawah kolong
d. d. Sebenarnya Usha memang tidak ada di kamar
Kirimkan jawaban kalian dengan format, HAI BRO AKU JAWAB (jawabannya) ke nomor saya, boleh via WA/SMS. Hadiah akan
diundi diakhir pekan J
2 orang yang benar dan beruntung akan mendapat pulsa 5ribu
(INI SERIUS)
Temukan jawabannya di
part 2 J