Untuk ke sekian kalinya mata ini terlalu manja untuk terus menerus menggerus air matanya tercecer hanya karena sang hati teringat dengan sosok masa lalu.
Berlebihan? saya rasa juga begitu. Namun beginilah hatiku. Meskipun sudah hampir dua tahun mataku tak pernah bersitatap lagi dengannya. Namun kenanangan dua tahun lalu itu belum mampu mencairkan segala kisah dan canda yang sudah terlanjur mengkristal di lubuk. Tersimpan rapih di perrapian hati.
Rindu? Ada dengan kata itu. Kenapa kata itu seakan menghantuiku di saat sebuah pemantik datang entah dari mana. Ketika aroma pengharum pakaian yang secara langsung menggelitik hidungku, Lalu mentransfer informasi ke otak. Lantas tanpa aba-aba disambungkan langsung ke balik kenangan masa lalu. Lembar demi lembar, detik demi detik, seakan bayangannya benar-benar hadir bersama aroma yang hanya sekedar aroma.
Tidak cuman aroma. Pemandangan, musik, lagu favorit kita bersama? Ah,, betapa banyak penggaalan kisah yang sudah kita rajut bersama. Dan.. ah,, aku tak mau mengungkit-ungkit lagi kesalahanku. Yang aku tahu saat ini adalah aku sedang merindu. Merindu dengan sosok bayangan yang entah saat ini masih apa, sedang berbuat apa dan dengan siapa?
Rindu? Orang bilang rindu bagaikan racun yang bisa memabukkan siapappun yang diserangnya. Kau tiba-tiba akan terduduk lemas, kaku, dan beberapa detik setelahnya pipimu kebas oleh air matamu.
Celakanya, kau terlalu kuat membangun rasa rindu di dadaku. Sehingga bisa dipastikan setiap senjaku, setiap rintik gerimis, setiap kumandang subuh, setiap lagu kesukaan kita di putar di radio. kau selalu hadir, Hadir mengantuiku dengan segala bentuk rasa rindu.
ah, betapa menyebalkannya kau rindu.
Rindu? izinkan aku untuk bertemu dengan bayangannya, meskipun dalam mimpi. Setelah itu, apakah kau akan pergi wahai rindu?