Namanya Reza. Bocah kecil bertubuh kurus itu lahir dari desa yang sederhana di sudut kota Pekalongan. Pekerjaan yang dilakukan tiap harinya hanyalah dua hal. Bermain dan bermain. Tidak ada kata lain yang ia kenal selain bermain. Bahkan dia hampir tak mengenal katan makan. Sampai tubuhnya terlihat kurus kerontang.
Bocah kecil ini tampak sama dengan bocah seumurannya. Tidak cukup berbeda dengan yang lain. Hanya saja dia terlihat seperti bocah yang kekurangan makan. Seperti orang tuanya tak pernah memberi makan. Seperti kurang gizi. Bukan berlebihan, namun memang ini kenyatannya. Dan lagi, bocah kecil ini dikarunia tubuh yang mungil.
"Reza..." teriak salah temannya dadi luar.
"Rezanya masih belajar. Nanti abis isya ya mainnya." Teriak Ibunya Reza dalam bahasa jawa, dari dalam.
Sementara Reza melirik temannya yang sudah mulai berlarian di depan rumah. Matanya mengintip dibalik jendela kaca. Sementara Ibunya duduk didepannya menenmaninya belajar.
"Setelah sholat isya, Reza bisa bermain." Reza menata bibirnya cemberut. Tak ada pilihan selain menurut perintah ibunya. Kalau masalah belajar, Ibu Reza bukanlah hal yang mudah bertoleransi dengannya. Meskipun dahaga untuk berlari dan berteriak bersama rekannya sudah begitu kuat, namun Reza harus kuat-kuat menahannya.
"Kamu lama sekali, Za." Ujar Zainal polos pada Reza.
"Aku baru boleh keluar setelah isya." jawabnya menyesal karena terlamabat bertemu dengan teman-temannya.
"Ayolah kita main 'rok kring'1", ujar Agus menambahkan. Yang lain nampak menunduk semangat dan menimpali atau pun membubuhi sorai setuju.
Kisah saat dia dibully.
Menceritakan siapa reza.
Menceritakan bagaiamana lingkungan mendidiknya. Bagaiamana keluarga mendidiknya.
Bagaiaman dia memulai mimpinya.
No comments:
Post a Comment